Sebenarnya, Kita (Indonesia) Itu Hebat!
Kalau dianalogikan dengan sebuah komputer, anak-anak didik kita terdiri atas perangkat keras/hardware dan perangkat lunak/software. Hardware merujuk pada fisik, fisiologis, dan genetik. Software merujuk pada apa yang akan di-install-kan pada hardwaremereka melalui sistem pendidikan.
Dari sisi perangkat keras, anak-anak didik kita merupakan anak-anak yang hebat. Betapa tidak, secara genetik kita adalah keturunan dari orang-orang yang luar biasa, yang telah mampu membuat suatu keajaiban dunia.
Keajaiban dunia yang dimaksud bukan lah candi Borobudur yang pernah disebut-sebut sebagai keajaiban dunia beberapa tahun yang lalu, bukan pula Komodo yang kemarin-kemarin kita ramai-ramai melakukan voting lewat sms atau website. Keajaiban dunia yang dimaksud antara lain,
- Bagaimana bisa orang-orang miskin yang memperjuangkan bangsa ini mampu menyatukan 17 ribu lebih pulau-pulau nusantara? Modal apa yang mereka miliki? Teknologi apa yang mereka terapkan? Sungguh, perjuangan mereka merupakan suatu keajaiban dunia yang nyata, sekaligus menunjukkan kehebatan genetik yang mereka miliki dan tentunya faktor genetik ini diturunkan pada anak cucunya yang menjadi generasi bangsa saat ini.
- Tingkat kesulitan membangun bangsa Indonesia sangatlah tinggi. Bangsa ini bangsa yang plural. Penuh dengan keragaman. Bukan hal yang mudah untuk menyatukan bangsa ini. Menyatukan bangsa ini sungguh merupakan keajaiban dunia yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang hebat. Bahkan menyangkut keyakinan pun mereka bisa mengedepankan toleransi demi persatuan bangsa, ketika Indonesi Timur menyatakan siap bersatu dengan catatan klausul pada sila pertama ada yang dihilangkan, dengan cepat para pemimpin bangsa ini membuat keputusan yang tepat. Sungguh mereka adalah orang-orang dengan gen yang hebat yang tentunya gen ini diwariskan kepada anak cucunya yang mengisi kehidupan bangsa saat ini.
- Dengan kerendahan hati, orang-orang jawa, orang-orang sunda, yang dominan dalam bangsa ini, merelakan bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang dijadikan bahasa Nasional. Mereka sepakat untuk memilih bahasa Melayu yang diangkat menjadi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Sebagai kaum yang dominan, kerelaan ini menunjukkan sebuah sikap yang hebat, yang tidak akan bisa dilakukan oleh orang-orang biasa. Coba tengok negeri tetangga yang sulit sekali menyatukan penduduknya dengan bahasa nasional.
Selain keturunan dari orang-orang yang hebat. Anak didik kita juga merupakan anak-anak yang diharapkan kelahirannya oleh orang tua mereka. Tingkat izin cuti hamil dan melahirkan di berbagai instansi dan perusahaan swasta sangat tinggi. Bahkan, beberapa ibu rela mengambil cuti sampai lima tahun meninggalkan karir demi membesarkan anak-anaknya.
Sehingga, jelas terlihat bahwa dari sisi hardware anak didik kita adalah anak-anak yang hebat.
Namun, bagaimana dengan softwareyang akan/sedang di-install-kan pada hardware mereka? Inilah tantangan bagi kita. Tantangan tersebut musti dijawab setidaknya dengan beberapa asumsi:
- Kondisi masyarakat/bangsa adalah cerminan dari kualitas sistem pendidikan. Jika para pemimpin bangsa saat ini terkenal dengan kasus korupsinya, maka itulah output yang telah dihasilkan oleh sistem pendidikan di negeri ini. Begitu pula dengan realita tawuran, bentrok antar warga, anarkisme, dan lain sebagainya, musti dijawab oleh sistem pendidikan.
- Kemajuan negara adalah akumulasi dari keberhasilan warganya. Jika Indonesia ingin dikatakan sebagai negara maju, maka syarat mutlaknya adalah kemajuan dari individu-individu yang mengisi negara ini.
- Berani berinvestasi, beli masa depan dengan harga sekarang. Dan investasi dengan ROI tertinggi adalah investasi sumber daya manusia. Pembangunan SDM adalah pembangunan yang tidak bisa ditunda.
- Sebuah keluarga, masyarakat, dan bangsa akan hilang jika keluarga, masyarakat, dan bangsa tersebut gagal menyiapkan generasi mudanya.
Kementrian pendidikan dan kebudayaan menghadirkan Kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan tersebut. Pengintegrasian sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial, ke dalam seluruh kompetensi mata pelajaran menjadi hal utama yang mencuat dalam kehadiran K13 ini. Selain itu, pembenahan mindset guru juga menjadi sasaran penting dalam pelaksanaan kurikulum ini. Guru dituntut untuk bersikap ilmiah dan objektif dalam melaksanakan pembelajaran. Bahkan pendekatan pembelajaran pun sudah dipatok dengan satu pendekatan Scientific learning. Sistem penilaian pun dirombak dengan label penilaian autentik. Bukan hanya pada tataran esensi penilaian, perombakan pun menyentuh teknis penilaian, dari skala 10 menjadi skala 4 yang diterapkan di semua jenjang.
Perubahan ini tentunya membawa angin segar bagi mereka yang kehausan ditengah keringnya sistem pendidikan selama ini. Tapi perubahan ini hanyalah topeng belaka jika pemerintah tidak menyelaraskan kebijakan-kebijakan yang selama ini justru kontra-produktif. Kita menanti tumbuhnya kurikulum baru yang disertai dengan kebijakan-kebijakan yang tulus, murni, bukan semata-mata demi proyek, untuk mengembangkan anak bangsa menjadi manusia seutuhnya. Mari bersama menginstal anak-anak bangsa (tidak perlu menunggu pemerintah….) dimulai dari hal-hal yang kecil. Semoga akan ada Gajah mada-gajah mada di era modern yang mencetak peradaban (bukan hanya membangun fisik/ istana kerajaan semata).
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/30/sebenarnya-kita-itu-hebat-603641.html
Leave a Comment