Betapa Beratnya Tantangan Guru
JAKARTA, KOMPAS.com – Pendidikan merupakan aspek yang diyakini memiliki peranan sangat penting dalam pembentukan karakter sebuah bangsa. Ironisnya, peran penting tersebut akhir-akhir ini seolah tercabut dari roh pendidikan yang diimplementasikan, terutama pada lembaga-lembaga pendidikan formal.
Makna pendidikan saat ini dirasakan hanya menjadi sebatas prestasi akademik tanpa memperhatikan pentingnya penanaman karakter positif pada peserta didik. Inilah sebuah kondisi yang menyebabkan kegusaran di kalangan para pendidik.
“Fenomena kekerasan atas nama agama dan etnis di beberapa wilayah Indonesia meningkat. Sentimen agama yang sudah menjalar sampai ke sekolah menengah umum. Adanya kecenderungan tidak suka dengan agama lain dan menyelesaikan perbedaan dengan jalan kekerasan, mengendurnya semangat cinta tanah air dan rendahnya kepekaan terhadap kelompok marginal, etos kerja yang rendah dan tindakan menghalalkan segala cara sehingga menyuburkan budaya korupsi adalah bukti nyata betapa bangsa ini memiliki tantangan berat dalam memperbaiki karakter generasi mudanya,” kata guru SMAN 13, Retno Listiyarti, pada seminar hasil penelitian buku teks PKn SMA dan Refleksi Praktek Pembelajaran Multikultural, Selasa (14/6/2011), di Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Retno memaparkan, wacana akan pentingnya pendidikan karakter kian hari kian mengemuka. Tarik ulur pendapat maupun berbagai kepentingan memunculkan diskusi panjang mengenai model pendidikan karakter, baik itu dibuat mata pelajaran tersendiri atau cukup menyisipkan substansi pendidikan karakter pada mata pelajaran yang dinilai relevan. Hal ini juga terkait dengan rencana perubahan kurikulum beberapa mata pelajaran oleh pemerintah.
“Dalam forum-forum diskusi dan kajian, kami membahas tentang rencana perubahan kurikulum. Khusus untuk Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), banyak sekali pendapat dari masyarakat yang perlu diluruskan. Seperti pendapat, bahwa materi PKn sekarang tidak mengajarkan nilai-nilai Pancasila, hal ini jelas keliru. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah dan para birokrat pendidikan selalu melibatkan guru dalam setiap pembuatan kebijakan yang terkait dengan masalah pendidikan, apalagi mengenai kurikulum,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, guru SMA Al Azhar, Kebayoran, Jakarta, Heri Herdiawanto mengatakan, guru memiliki peran sangat strategis di setiap pembelajaran. Hal ini juga berarti guru memiliki peran penting dalam proses penanaman nilai-nilai yang akhirnya mendukung ke arah pembentukan karakter positif.
“Meski Undang-undang (UU) guru dan dosen memiliki semangat otonomi, namun harus diakui masih banyak guru yang terkekang dengan target kurikulum yang lebih menekankan pada proses transfer pengetahuan semata. Hal ini harus menjadi perhatian semua elemen bangsa,” ujar Heri.
Jika kondisi ini terus berlanjut, lanjut Heri, hakikat dari tujuan pendidikan yang di antaranya adalah memanusiakan manusia, mencerahkan, membebaskan dan mewujudkan keadilan itu sulit terwujud.
“Itu juga yang menjadi substansi pendidikan karakter. Jadi, merubah mind set guru juga merupakan tantangan dan persoalan sendiri dalam menanamkan karakter positif kepada para peserta didik,” tambahnya.
Indra Akuntono | Latief | Selasa, 14 Juni 2011 | 11:28 WIB
Leave a Comment