Pendidikan Karakter akan Tanamkan Rasa Kebangsaan
JAKARTA—MICOM: Institusi pendidikan dan kiprah pendidikan harus bersumber serta dijiwai oleh nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan karakter harus menanamkan rasa kebangsaan dan kesadaran dalam mencapai tujuan hidup berbangsa yang berperadaban.
“Jadi reaktualisasi pendidikan karakter dalam mewujudkan civil society merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan yang terus menerus dan berkesinambungan,” kata mantan Menteri Pendidikan Nasonal Abdul Malik Fadjar saat berbicara sebagai keynote speaker workshop Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah di kampus UHAMKA, Jakarta, Rabu (25/5).
Malik Fajar menegaskan pendidikan karakter berbeda dengan pendidikan keahlian. Pendidikan karakter, paparnya, lebih merupakan upaya menanamkan rasa kebangsaan dan kesadaran dalam mencapai tujuan hidup berbangsa yang berperadaban. Sedangkan pendidikan keahlian lebih merupakan upaya pemberian pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pembidangan kerja yang diperlukan masyarakat.
Ia mengingatkan pendidikan karakter secara formal di sekolah menempatkan posisi dan peran guru sebagai figur,dan bukan sekedar penyampai materi pelajaran. Lebih dari itu, guru merupakan pembimbing sehingga terjalin komunikasi yang dapat melahirkan keterpaduan karakter, watak, akhlak dan budi pekerti dengan materi pelajarannya. “Jadi posisi dan peran guru tidak cukup hanya berbekal profesional juga didukung kekuatan moral,” tegasnya.
Sedangkan Rektor UHAMKA Suyatno mengatakan pihaknya sebagai lembaga pendidikan turut bertanggung jawab dan berkomitmen mencetak tenaga guru yang baik. “Jika tidak dimulai dari lembaga yang bekomitmen dan bertanggungjawab, bagaimana pendidikan ini bisa sampai kepada arah yang lebih baik. Kenapa kita mengajak guru dan penyelenggara pendidikan, karena memang harus betul melihat dengan mata dan hati yang jeli,” jelas Suyatno.
Ia melihat saat ini banyak guru mengajar hanya sekedar mengisi jam pelajaran. “Mendidik itu sejatinya tidak hanya sekedar mengajar, saat ini makna pendidikan hanya dipahami sebagai transfer of knowledge bukan sebagai transfer of value atau nilai, kebaikan,” cetusnya.
Media Indonesia
Penulis : Syarief Oebaidillah
Kamis, 26 Mei 2011 10:10 WIB
Leave a Comment